HD | Perubahan Ayana

1015 Kata
Adam memijat kepalanya yang terasa pening sesaat setelah dirinya membuka kedua matanya. Pria itu mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. "Sial. Pusing sekali." umpat Adam pelan merasakan pening yang teramat. Setelah denyutan di kepalanya mulai mereda, barulah Adam menyadari keberadaannya. Pria itu tampak linglung mendapati dirinya berada di ruang tamu pagi ini. Serta keadaannya yang sangat berantakan. "Kenapa aku ada di sini?" gumam Adam mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Pria itu kembali memejamkan matanya saat bayangan dirinya yang pulang larut setelah minum-minum bersama para temannya. Sebenarnya sudah lama Adam tidak mengunjungi tempat hiburan malam. Hidupnya hanya berporos pada Emily yang masih kecil dan membutuhkan kehadirannya. Tapi karena teman-temannya memaksa, Adam tak punya pilihan lain selain menyetujuinya. Dia berpikir jika mungkin sekali-kali dia memang harus meluangkan waktunya untuk dirinya sendiri. "Ah, iya benar. Aku sempat mabuk semalam." gumam Adam setelah mengingatnya. Namun pria itu hanya mengingat ketika dirinya masuk ke dalam rumah dengan dibantu oleh Ayana. Selebihnya Adam benar-benar tidak mengingatnya lagi. Tak ingin Emily melihat keadaannya yang kacau, Adam bergegas masuk ke dalam kamarnya. Mungkin setelah ini dia akan berbicara pada Ayana untuk berterimakasih pada gadis itu karena telah menjaga Emily selama dia belum pulang. "Papa.." sapa Emily begitu Adam menginjakkan kakinya di dapur. Gadis itu tengah duduk di kursi makan dengan sepiring nasi goreng di depannya. "Hai, Sweety." Adam membalas sapaan putri kecilnya dengan hangat. Tak lupa mengecup kening Emily dengan lembut. Netra jelaganya melirik ke arah Ayana yang tengah memunggunginya. Adam tampak menaikkan sebelah alisnya heran. Namun pria itu hanya mengedikkan bahunya acuh sembari mendudukkan dirinya di samping Emily. "Apa yang ingin kamu lakukan hari ini, Sweety?" tanya Adam memulai percakapan dengan putri kecilnya. Emily tampak mengetukkan jari telunjuknya di dagu,"Bagaimana jika ke taman bermain, Papa? Emily ingin bermain bersama Kak Ayana di sana." balas gadis itu semangat. Adam tampak menimang sebentar sebelum kemudian mengangguk. Membuat senyum cerah seketika terbit di wajah gadis kecil itu. Adam lantas melarikan pandangannya ke arah Ayana yang masih bergeming. Entah apa yang terjadi pada gadis itu hari ini. Sikapnya begitu berbeda dengan kemarin. Namun Adam berusaha untuk tidak peduli dan lebih memilih menghabiskan sarapannya bersama Emily. Hari berganti dengan begitu cepat. Sudah hampir lima hari ini, merasa bingung dengan sikap Ayana. Entah mengapa dia merasa jika gadis itu tengah menjaga jarak darinya. Di sisi lain, Ayana justru tidak bisa melupakan kejadian itu. Malam dimana Adam menyentuhnya untuk pertama kalinya. Sejak saat itu, Ayana mulai menatap Adam dengan pandangan yang berbeda. Dirinya memang merasa kecewa karena Adam menganggapnya sebagai sosok Millie. Namun sentuhan pria itu nyatanya berhasil membuat Ayana ingin merasakannya lagi. Untuk itu dia memilih menghindari Adam selama beberapa hari ini. Dia ingin memastikan apa yang sebenarnya dia rasakan pada Adam. "Apa Ayana mulai suka sama Om Adam?" gumam Ayana yang tengah sibuk menyiapkan makan malam. Saat ini gadis itu tengah berkutat dengan penggorengan. Rencananya malam ini dia ingin memasakkan chicken cordon blue untuk Adam dan Emily. "Ayana.." panggil sebuah suara yang membuat Ayana berjengit. Sehingga dia tidak sengaja menyenggol panci berisi minyak panas yang langsung menyiram kakinya. Ayana spontan memekik kesakitan. Membuat sosok yang ada di belakangnya tadi merasa panik. "Ya Tuhan, Ayana.." seru pria itu langsung berjongkok memastikan kondisi kaki Ayana. Ayana menggigit bibir bawahnya gugup saat menyadari pria yang tengah dia pikirkan kini telah berada di depannya. Adam mendongak membuat tatapan mereka beradu. Walau dengan jarak yang membentang jauh. "Ini harus segera diobati agar tidak infeksi." kata duda tampan itu sembari menegakkan tubuhnya lagi. Ayana hanya bergumam samar yang tidak Adam ambil pusing. Pria itu lalu menuntun Ayana duduk di kursi makan. Kemudian bergegas mengambil kotak P3K. Adam menarik kursi yang lain dan mendudukkan dirinya di depan Ayana. Dia lalu mengangkat kaki gadis itu dan diletakkan di atas pahanya. "Om.." seru Ayana terkejut dengan apa yang dilakukan Adam. "Diamlah. Saya akan mengobati lukamu ini." sentak Adam dengan tatapan tajam. Ayana ingin melayangkan penolakannya. Namun Adam sudah lebih dulu memutus kontak mata mereka tanda tak ingin ditolak. Pria itu dengan hati-hati mengobati luka di kaki Ayana. Adam tampak serius sekali. Membuat Ayana tanpa sadar terpaku menatap wajah tampan pria itu. "Ya Tuhan, apa Ayana emang beneran suka sama Om Adam?" lirih Ayana dalam hati. Gadis itu tanpa sadar semakin mendekatkan wajahnya ke arah Adam. Tanpa disadari oleh sang empu. Lalu.. Cup Adam tersentak saat merasakan kecupan singkat pada pipi kirinya. Kedua alisnya meruncing dengan netra jelaganya yang berubah gelap. "Apa yang kamu lakukan Ayana?" tanya Adam dengan wajah keras. Entah dapat keberanian dari mana, Ayana justru merasa tidak takut dengan tatapan tajam Adam saat ini. Dia menatap pria itu dengan tatapan polosnya. "Emangnya apa yang Ayana lakuin?" gadis itu balik melontarkan pertanyaan pada Adam dengan santai. Tatapan Adam semakin menajam melihat respon Ayana saat ini. Dia mendengus kasar sebelum kemudian menurunkan kaki gadis itu dari pahanya. "Sepertinya kamu bisa mengobati lukamu sendiri." ujar Adam datar dan berlalu meninggalkan Ayana di dapur sendirian. Ayana menatap kepergian Adam dengan tatapan tak terbaca. Sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman samar. "Sekarang Ayana yakin, kalau Ayana beneran suka sama Om Adam." gumam gadis itu. Di sisi lain, Adam yang merasa kesal dengan apa yang Ayana lakukan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Wajah pria itu terlihat keruh dengan netra tajam yang menghunus lurus. Kalian bisa mengatakan jika reaksi Adam saat ini terlalu berlebihan. Namun itulah yang terjadi sebenarnya. Adam merasa marah karena Ayana menyentuhnya tanpa ijin. Hanya Millie yang boleh melakukan apapun pada dirinya. Wajah Adam berubah sendu ketika mengingat akan satu nama itu. Sosok gadis yang sampai saat ini masih terkunci di dalam hatinya. Padahal dia sudah tahu jika gadis itu telah dimiliki oleh orang lain. "Millie.." desah Adam menyebut nama gadis itu dengan sorot redup. Adam mendudukkan dirinya di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Pikirannya melalang buana, mengingat akan kebersamaannya bersama gadis bernama Millie. Begitu indah dan sangat menyenangkan. Pria itu menekan dadanya yang terasa sesak saat mengingat apa yang telah dia lakukan pada gadis itu. Karena keegoisannya, dia menjadi kehilangan Millie serta calon bayi mereka. Adam benar-benar menyesal setiap mengingatnya. "Maafkan aku, Millie." desah Adam di tengah kesunyian yang menyesakkan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN